Minggu, 08 Mei 2016

NAUDZUBILLAH... BEGINILAH GODAAN IBLIS SAAT MENJELANG DETIK DETIK SAKAROTUL MAUT..!!!


  Saat diusir oleh Allah, serta dicap sebagai pembangkang, dia bersumpah dihadapan Allah – dengan semangat hasad pada Adam serta keturunannya –,

قَالَ فَبِمَا أَغ�'وَي�'تَنِي لأَق�'عُدَنَّ لَهُم�' صِرَاطَكَ ال�'مُس�'تَقِيمَ ، ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَي�'نِ أَي�'دِيهِم�' وَمِن�' خَل�'فِهِم�' ، وَعَن�' أَي�'مَانِهِم�' وَعَن شَمَآئِلِهِم�' ، وَلاَ تَجِدُ أَك�'ثَرَهُم�' شَاكِرِينَ

Iblis menjawab : “Karena Engkau sudah menghukum saya tersesat, saya betul-betul bakal (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, lalu saya bakal mendatangi mereka dari muka serta dari belakang mereka, dari kanan serta dari kiri mereka. Serta Engkau akan tidak merasakan umumnya mereka bersukur (patuh). (QS. al-A’raf : 16 – 17)

Dalam hadis dari Abu Said al-Khuri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّي�'طَانَ قَالَ : وَعِزَّتِكَ يَا رَبِّ، لَا أَب�'رَحُ أُغ�'وِي عِبَادَكَ مَا دَامَت�' أَر�'وَاحُهُم�' فِي أَج�'سَادِهِم�'، قَالَ الرَّبُّ : وَعِزَّتِي وَجَلَالِي لَا أَزَالُ أَغ�'فِرُ لَهُم�' مَا اس�'تَغ�'فَرُونِي

Iblis bersumpah, untuk keagungan-Mu ya Rab, saya akan tidak pernah berhenti untuk menyesatkan hamba-hamba-Mu, sepanjang ruh mereka masihlah dikandung jasad. Allah berfirman, “Demi keagungan serta kumuliaan-Ku, Saya bakal selalu memberi ampunan buat mereka, sepanjang mereka memohon ampun kepada-Ku. ” (HR. Ahmad 11237 serta dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Atas sumpah ini, iblis serta bala tentaranya begitu ketertarikan untuk menyesatkan manusia. Terlebih di bebrapa situasi genting, saat manusia di posisi begitu labil.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّي�'طَانَ يَح�'ضُرُ أَحَدَكُم�' عِن�'دَ كُلِّ شَى�'ءٍ مِن�' شَأ�'نِهِ

Sebenarnya setan mendatangi kalian dalam semua masalah kalian. (HR. Muslim 5423).

Setan Mendatangi Manusia Saat Sakaratul Maut

Tersebut detik-detik yang paling memastikan nasib manusia di akhirat. Lantaran semuanya amal dinilai berdasar pada ujungnya. Di waktu tersebut, setan akan tidak menyia-nyiakan peluang. Mungkin saja, dia bakal mendatangi manusia saat kematian. Karenanya, satu diantara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau memohon perlindungan pada Allah, supaya tak disesatkan setan saat kematian.

Dalam satu diantara doanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

وَأَعُوذُ بِكَ أَن يَتَخَبَّطَنِي الشَّيطَانُ عِندَ المَوتِ

Saya berlindung kepada-Mu supaya tak disesatkan setan saat kematian. (HR. Ahmad 8667, Abu Daud 1554 serta dishahihkan al-Albani)

Al-Khithabi menerangkan hadis diatas, dengan mengatakan sebagian bentuk masalah setan saat mendekati kematian,

استعاذته عليه الصلاة والسلام من تخبط الشيطان عند الموت ، هو أن يستولي عليه الشيطان عند مفارقته الدنيا ، فيضله ويحول بينه وبين التوبة ، أو يعوقه عن إصلاح شأنه والخروج من مظلمة تكون قِبَله ، أو يؤيسه من رحمة الله تعالى ، أو يكره الموت ويتأسف على حياة الدنيا ، فلا يرضى بما قضاه الله من الفناء ، والنقلة إلى دار الآخرة ، فيختم له بسوء ، ويلقى الله وهو ساخط عليه.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari disesatkan setan saat kematian, memiliki bentuk yaitu setan mengganggunya saat dia akan wafat dunia. Lantas setan menyesatkannya, hingga menghambat dia untuk bertaubat, atau menutupi dianya hingga tidak ingin melakukan perbaikan masalahnya atau memohon maaf dari kedzaliman yang pernah dia kerjakan. Atau bikin dia terasa putus harapan dari rahmat Allah. atau bikin dia tidak suka dengan kematian serta terasa sedih meninggalkan hartanya, hingga dia tak ridha dengan ketentuan


Allah


berbentuk kematian, serta menuju akhirat. Hingga dia akhiri hidupnya dengan keburukan, lantas dia berjumpa Allah dalam keadaan Dia murka kepada-Nya

Lalu, al-Khithabi menyatakan,

وقد روي أن الشيطان لا يكون في حال أشد على ابن ادم منه في حال الموت ، يقول لأعوانه : دونكم هذا ، فإنه إن فاتكم اليوم لم تلحقوه بعد اليوم.

Diriwayatkan kalau tak ada peluang yang lebih di perhatikan setan untuk menyesatkan manusia, terkecuali saat kematiannya. Dia bakal mengundang rekan-rekannya, “Kumpul disini, bila kalian tak dapat menyesatkannya pada hari ini, kalian tak akan dapat menggodanya selama-lamanya. ” (Aunul Ma’bud, 4/287).

Disana terdapat banyak peristiwa yang dihadapi beberapa ulama, saat sistem kematiannya, setan berupaya untuk menggodanya.

Salah satunya Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah

Dikisahkan oleh Abdullah putra Imam Ahmad, Saya menghadiri sistem wafatnya bapakku, Ahmad. Saya membawa selembar kain untuk mengikat jenggot beliau. Beliau terkadang pingsan serta sadar lagi. Lantas beliau berisyarat dengan tangannya, sembari berkata, “Tidak, menjauh…. Tak, menjauh…” beliau kerjakan hal semacam itu berkali-kali. Jadi saya tanyakan ke beliau, “Wahai ayahanda, apa yang Anda saksikan? Beliau menjawab,

إن الشيطان قائم بحذائي عاض على أنامله يقول : يا أحمد فُتَّنِي، وَأَنـاَ أَقُولُ : لَا بُع�'دٌ لَا بُع�'دٌ

“Sesungguhnya setan berdiri di sampingku sembari menggingit jarinya, dia menyampaikan, ‘Wahai Ahmad, saya kehilangan dirimu (tak mampu menyesatkanmu). Saya katakan : “Tidak, masihlah jauh…. Tak, masihlah jauh…. ” (Tadzkirah Al-Qurthubi, Hal. 186)

Maksud narasi ini, setan akan menyesatkan Imam Ahmad lewat cara memberikan pujian pada Imam Ahmad. Setan mengakui menyerah dihadapan Imam Ahmad, supaya beliau jadi ujub pada sendiri serta bangga pada kehebatannya. Namun beliau sadar, ini yaitu tipuan. Beliau tolak dengan tegas : “Tidak, saya masihlah jauh, tak seperti yang anda sampaikan…. ” tak dapat kita pikirkan, andaikata ujian sejenis ini menerpa tokoh agama atau orang pemula di sekitaran kita…

Termasuk, peristiwa yang pernah dihadapi satu diantara ulama Kordoba. Seperti yang dikisahkan Imam al-Qurthubi,

“Saya mendengar guru kami, Abu Abbas Ahmad bin Umar di daerah perbatasan Iskandariyah menceritakan : ‘Saya menjenguk saudara guruku, Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad di daerah Kordoba. Saat itu beliau tengah sekarat. Ada yang mentalqin beliau : katakan : Laa ilaaha illallaah…

Tetapi orang ini jadi menjawab : Tidak… Tidak… Sesudah beliau sadar, beliau menceritakan : ‘Ada dua setan mendatangiku, satu di samping kanan serta satunya di samping kiri. Yang satu merekomendasikan : Matilah dengan memeluk Yahudi, karenanya yaitu agama paling baik. Satunya berkata : Matilah memeluk Nasrani, karenanya yaitu agama terbaik’. Lantas saya jawab : Tidak… Tidak…” (Tadzkirah al-Qurthubi, Hal. 187)

Memanglah tak kebanyakan orang merasakannya. Ada yang alami peristiwa sekian serta ada yg tidak alami. Tetapi sekurang-kurangnya ini jadi peringatan untuk kita bakal begitu mencekamnya sakaratul maut. Lantaran yang memastikan status manusia yaitu ujung hidupnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّمَا الأَع�'مَالُ بِخَوَاتِيمِهَا

“Nilai amal, dintentukan kondisi pada akhirnya. ” (HR. Bukhari 6493, Ibn Hibban 339 serta yang lain)

Mudah-mudahan Allah menyelamatkan kita dari semuanya tipu daya setan.

اللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ ال�'قُلُوبِ ثَبِّت�' قَل�'بِى عَلَى دِينِكَ

Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tentukan hatiku di atas agama-Mu.

Allahu a’lam.


sumber:http://www.sehatitumahal.com/2016/05/naudzubillah-beginilah-godaan-iblis.html

Tidak ada komentar: